Perempuan, Tubuh dan Standar Kecantikan Dalam Perspektif Psikologi Feminis





 Di era globalisasi banyak perempuan yang selalu mementingkan atau mengedepankan kecantikannya. Bahkan pada sesama perempuan pun sering menjadi persaingan dalam mengungkapkan perasaan siapa yang paling cantik diantara mereka. Seakan-akan kecantikan menjadi segalanya, mengapa hal ini bisa terjadi? Perempuan memang sejak kecil sudah dibentuk untuk memperlihatkan kecantikannya agar mendapatkan pujian dari orang orang sekitarnya. Perempuan mendapatkan penguatan reinforcement untuk tampilannya yang menarik di mata orang lain.  “ Wah kamu terlihat cantik menggunakan dress itu” , “kamu cantik sekali jika memakai jilbab itu. Sangat cocok untukmu” , dan lain sebagainya yang tentunya sangat sering kita dengar dari omongan orang tua, saudara, dan tetangga kepada anak anak perempuan.  
          Selain reinforcement, media juga berperan aktif untuk mengkonstruksikan kecantikan perempuan. Sering kita menjumpai di berbagai media sosial seperti tips-tips kecantikan. Dalam iklan tersebut memperlihatkan kecantikan perempuan yang banyak di perhatikan oleh kaum laki-laki. Hal ini memacu perempuan untuk mengalami reinforcement . Salah satu tokoh Psikologi , Albert Bandura dalam teori belajar sosial social learning theory , perempuan yang menyaksikan iklan itu, akan mengikuti sesuatu yang bisa memberi pengaruh penting baginya, salah satunya kecantikan beauty and modeling.
         Banyak juga dalam iklan iklan lain yang memperlihatkan bahwa perempuan yang cantik pasti memiliki tubuh yang indah, berkulit putih, hidung mancung dan lain sebagainya yang terdapat dalam rata rata kecantikan. Rhoda Unger dan Mary Crawford , yang keduanya merupakan tokoh psikolog feminis, menjelaskan bahwa rata rata kecantikan perempuan seperti di atas sangatlah tidak representatif. Alhasil dengan hal hal tersebut menjadikan perempuan memiliki standar kecantikannya sendiri. "Standar Kecantikan"
       Menurut saya pribadi sebagai mahasiswa fakulats psikologi dan pemerhati keperempuaan sesungghnya tidak ada yang disebut sebagai "Standar Kecantikan" . Why? Apa gunanya kecantikan diukur dalam konteks perlombaan ? Mending muka cantik apa mikir cantik? Itu hanya akan membuat orang orang  bermulut kotor bersuara semau mereka, hingga dapat membuat seseorang kehilangan rada percaya diri sendirinya. Standar kecantikan sebagian orang jadi tertekan. Berlomba lomba utk memenuhi standar tersebut. Menjadikan nafsu dan ego sebagai ketua dalam diri sendiri. 
Menurut beberapa pendapat dari pemerhati MaleFeminist (Rizal Fatoni) menyebutkan bahwa cantik juga berakumulasi dengan makna indah, menawan, yang berarti kondisi lahiriah manusia yang memungkinkan dapat berubah sesuai dengan kondisi sekitarnya, bahkan kecantikan itu tidak hanya relatif melainkan sporadis, penafsiran tersebut ditelaah dalam kondisi arus global dimana bentuk wajah dapat dirubah dalam konteks tertetu. Sesungguhnya kecantikan itu tidak hanya berpangkal pada pandagan yang dapat melihat perempuan itu cantik ataupun tidak cantik, bahkan menurut (Rizal Fatoni) sesuatu disebut cantik jika hanya menelahaan melalui instrumen penglihatan maka merugilah kita sebagai manusia, karena banyak instrument dari badawi kita yang dapat melihat kecantikan, seperti dengaan telinga kita dapat mendengar tutur kata yang lembut dari seorang perempuan, dengan akal kita dapat menilai kecerdasan perempuan, dengan budi kita dapat memberikan jalinan kasih yang mengikat.  
      Standar kecantikan bisa membuat siapa saja menjadi terus memperhatikan dirinya di depan cermin , dan harus memperbaiki semuanya. Tidak pernah puas. Haus akan kecantikan wajah. Dan takut untuk keluar dari zona nyaman.Persepsi tentang kecantikan itu berbeda beda. Cantik itu tak harus begini begitu. Jadilah cantik menurut definisimu. Kau tetap cantik dengan caramu tanpa ditutupi kebohongan dan keterpurukan. Cegah dirimu utk tidak terkendali dengan ucapan mereka yang membuatmu jatuh dan mulai memikirkan standar kecantikan itu sendiri. Mereka hanya belum tau standar kecantikan yang sesungguhnya.
        Jadilah dirimu yang apa adanya. Hilangkan keraguan yang ada dihatimu dan buat hatimu tetap tenang dan bersinar.Tubuh perempuan dapat membawa ke dalam dampak negatif. Mengapa? Anorexia dan Bulimia Nervosa yang keduanya merupakan jenis gangguan makan yang tercatat dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM), sebuah panduan gangguan psikiatris, yang sering di alami oleh perempuan. Gangguan makan ini tidak hanya membahayakan dalam hal psikologis, tapi dapat juga membawa dalam “kematian”  . Diet ketat, operasi plastik, dan juga sedot lemak juga dapat membahayakan nyawa perempuan. Rasa rendah diri, kecemasan, dan depresi banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki. Lalu, salahkah kita menjadi perempuan? Dalam pandangan Alfred Adler, yang salah adalah bukab perempuan, Melainkan masyarakat.  Bukan perempuan yang neurotik, melainkan budaya kita. Budaya kita telah mengkonstruksi perempuan menjadi objek tatapan laki-laki. Perempuan adalah korban dari budaya yang telah mengkonstruksinya menjadi perempuan narsis.  Ia terpesona untuk menjadi obsesif terhadap citranya sendiri karena budaya patriarkis yang telah menggiring perempuan menjadi narsis dan neurotik. Teruntuk kalian para wanita yang sibuk membenahi diri hanya untuk lelaki.Jangan terlalu memaksakan diri untuk melakukan hal yang nyatanya tidak kalian sukai. Jangan pernah mau di nina bobo kan dengan budaya patriarki.  Memang, membenahi diri itu perlu. Tapi jika dilakukan semata-mata hanya untuk menarik perhatian, sebaiknya tidak usah dilanjutkan.
     Benahilah diri di saat kamu memang sudah mencintai dirimu sendiri, bukan karena kamu ingin dicintai seorang lelaki.Jangan cemas bila tidak akan ada yang mengagumi kecantikanmu.Tidak perlu sampai mengubah bentuk wajah demi terlihat menawan. Sebab sebaik-baiknya kecantikan berasal dari hati yang rupawan. Jadilah perempuan yang menginspirasi , bukan perempuan yang suka dipuji , bukan pula wanita yang menebar sensasi, dan bukan pula perempuan yang sibuk mempercantik diri (Imam al ghazali) .
      Teruntuk kamu perempuan . Jadilah dirimu sendiri. Jangan memaksakan diri untuk menjadi sempurna. Sederhana jadi langka rasanya. Tak apa kamu tak CANTIK. Asal jangan miskin ilmu dan pengetahuan, jangan bersedih, catatan lainnya penilaian kecantikan tersebut dapat dinilai dari berbagai macam instrumen dalam tubuh yang nilainya jauh lebih tinggi dari pada sekedar wajah dan postur tubuh.

Penulis : Prawiti Kusumawati
Editor   : Rizal Fatoni 

Komentar

Karya Intektual Insan Akademis